Cari Blog Ini

Selasa, 28 Januari 2014

Sistem Pengendalian Manajemen- Abrams Co

PUSAT LABA ABRAMS COMPANY

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Tahun Akademik 2012/2013

Oleh:
Dena Malsa                (10090110010 )
Nurhalimah                (10090110026 )
Tiara Mardiana         (10090110028 )
Desti Sapitri                (10090110031 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2013


I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Abrams Company merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis suku cadang yang digunakan untuk mobil, truk, bus, dan esin pertanian. Abrams Company memproduksi tiga kelompok besar suku cadang: suku cadang pengapian (ignitions parts), suku cadang transmisi (transmision parts), dan suku cadang mesin (engine parts).
            Abrams Company melakukan supervisi dan desentralisasi dalam produksi dan pemasaran produknya. Perusahaan yang terbilang cukup besar ini menjual produk suku cadangnya ke pihak internal dan pihak luar. Penilaian terhadap kinerja masing-masing divisi di perusahaan tersebut dinilai berdasarkan pencapaian target ROI asing-masing divisi. Pemasaran produk untuk pihak internal maupun eksternal didelegasikan kepada masing-masing departemen penjualan di masing-masing divisi karena masing-maisng divisi tersebut sebelumnya merupakan perusahaan independen yang memiliki metode dan strategi pemasaran tersendiri. Abrams Company menjadikan divisi prosukdi maupun pemasaran di dalam perusahaan sebagai pusat laba.
            Dari berbagai uraian tersebut, dapat diketahui bahwa Abrams Company merupakan perusahaan manufaktur yang cukup baik dengan menjadikan divisi-divisi nya sebagia pusat laba. Akan tetapi, setiap keputtusan manajemen puncak atas pusat laba memiliki risiko dan kelemahannnya tersendiri. Untuk itu, sistem pengendalian manajemen Abrams Company akan dibahas di dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
            Strategi-strategi dan pertimbangan manajemen Abrams Company dalam melakukan menjadikan divisi-divisinya sebagai pusat laba memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.  Untuk itu kami menguraikan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.                  Apa saja strategi atau keputusan unik yang dilakukan Abrams Company terhadap sistem produksi dan pemasarannya?
2.                  Bagaimana dampak dari strategi-strategi atau keputusan-keputusan tersebut jika dilihat dari segi sistem pengendalian manajemen?











II
PUSAT LABA ABRAMS COMPANY
2.1 Landasan Teori
            Kinerja finansial suatu pusat pertanggungjawaban diukur dalam ruang lingkup laba (selisih antara pendapatan dan pengeluaran) laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif, dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran unit masukan dan peluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
            Manfaat – manfaat dari penentuan pusat laba di dalam perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut:
·         keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak memerlukan pertimbangan dari kantor pusat.
·         kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang benarbenar mengerti tentang keputusan tersebut.
·         manajemen kantor pusat bebas dari urusan operasional rutin dan bisa lebih memfokus-kan pada keputusan yang lebih luas.
·         Kesadaran laba (profit consciousness) lebih meningkat pada manajer pusat laba, karena ukuran prestasinya adalah laba.
·         pengukuran prestasi pusat laba lebih luas dari pada hanya pengukuran pada pusat pendapatan dan pusat biaya yang terpisah.
·         manajer pusat laba lebih bebas berkreasi.
·         dapat difungsikan sebagai pusat/sarana pelatihan yang handal, karena pusat laba hampir sama dengan satu perusahaan yang independen.
·         memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari komponen produk-produk perusahaan.
·         untuk meningkatkan kinerja bersaing karena outputnya siap pakai/jelas, dan sangat respon-sif terhadap tekanan.
Kelemahan-kelemahan dari supervisi dan delegasi pusat laba adalah sebagai berikut:
·         manajemen kantor pusat kehilangan kendali mengenai keputusan yang telah didelegasikan.
·         manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
·         organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya menjadi saling bersaing.
·         terdapat kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan yang dapat menimbulkan pertentangan atas pusat pertanggungjawaban.
·         tidak ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba akan menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
·         kualitas pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek dari pada manajer puncak.
·         menimbulkan terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi.
·         kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
Bentuk – bentuk pusat laba
1. Unit bisnis (divisi) sebagai pusat laba
Karena manajernya bertanggung jawab dan mempunyai kebijakan dan kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi dan pemasaran serta perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan suatu unit usaha yang bertanggung jawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.
2. Unit-unit fungsional sebagai pusat laba
Pada perusahaan multi bisnis setiap unit diperlakukan sebagai penghasil laba yang independent, tetapi bisa saja terorganisasi dalam bentuk fungsional, misalnya : pemasaran, manufaktur dan jasa.
A. Fungsional pemasaran
Aktivitas pemasaran dijadikan sebagai pusat laba dengan cara :
1) membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan cara membuat Trade off pendapatan/biaya yang optimal.
2) harga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standard, Memisahkan kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur, hal ini berpengaruh terhadap perubahan efisiensi di luar kendali manajer pemasaran.
3. Unit-unit fungsional pendukung dan support sebagai pusat laba
Hal ini meliputi unit-unit : pemeliharaan, tekhnologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan dan layanan konsumen serta aktivitas pendukung lainnya yang dapat dijadikan sebagai pusat laba.
Caranya :
1) membebankan biaya dari layanan yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas layanan yang diberikan baik kepada internal dan eksternal.
2) manajer organisasi unit ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya tidak meninggalkan, disamping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan apakah jasa yang diterima telah sesuai dengan harganya.
4. Organisasi lainnya sebagai pusat laba
Ini meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian dan profitabilitasnya merupakan satu satunya akuran kinerjanya.
Contohnya : toko-toko rantai ritel, restaurant-restaurant cepat saji (fast food chain) dan hotel-hotel pada rantai hotel.
            Jenis-jenis ukuran kinerja pusat laba:
1.      Margin Kontribusi
2.      Laba Langsung
3.      Laba yang dapat dikendalikan
4.      Laba sebelum pajak
5.      Laba Bersih





Harga Transfer
Definisi Harga Transfer (Transfer Pricing)
Harga Transfer (Transfer Pricing) adalah suatu nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang lain dalam suatu transaksi.
Tujuan Penentuan Harga Transfer
Penentuan harga transfer harus memenuhi tujuan seperti dibawah ini :
-          Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
-          Menghasilkan keputusan yang selaran dengan cita-cita.
-          Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
-          Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

Metode Penentuan Harga Transfer
Prinsip Dasar
Prinsip dasar penentuan harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
Dua keputusan yang harus diambil ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama lain adalah :
1.                  Keputusan Sourcing.
Yaitu apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar?
2.                  Keputusan harga transfer.
Yaitu pada tingkat berapakah produk tersebut akan ditransfer antarpusat laba jika produk tersebut diproduksi secara internal?
Situasi Ideal - Harga Trasfer Berdasarkan Harga Pasar
Yang dimaksud dengan situasi ideal dalam penentuan harga transfer adalah dimana system harga transfer berdasarkan harga pasar normal dan dan mapan dari kondisi produk yang sama baik kuantitas, waktu pengiriman dan kualitas dengan produk yang dikenakan harga transfer serta dapat menghasilkan keselarasan cita-cita, dan tidak membutuhkan administrasi pusat apabila kondisi-kondisi dibawah ini dapat tercapai. Kondisi-kondisi tersebut adalah :
1.      Orang – orang yang kompeten.
2.      Atmosfer yang baik.
3.      Harga pasar yang normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer
4.      Kebebasan memperoleh sumber daya
5.      Informasi penuh atas semua alternative yang ada serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternarif tersebut.
6.      Negosiasi yang berjalan lancar antarunit usaha.
Model Harga Transfer Teoritis (Theoritical Transfer Pricing Model)
Model ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1.      Model-model yang berdasarkan teori ekonomi klasik
Model ekonomi klasik pertama kali dikemukakan oleh Jack Hirschleifer dalam sebuath artikel tahun 1956. Ia menggunakan kurva permintaan untuk transfer produk menengah dari satu unit usaha ke unit usaha lain untuk mendapatkan harga transfer. Dengan menggunakan harga transfer yang ada, kedua unit tersebut akan menghasilkan total laba maksimum dengan mengoptimalkan laba masing-masing unit.
2.      Model-model yang berdasarkan program linier
Merupakan model yang berdasarkan pendekatan biaya kesempatan, juga mengkombinasikan hambatan-hambatan kapasitas, menghitung pola produksi optimal perusahaan, dan menghitung nilai yang menunjukan kontribusi laba dari setiap sumbar daya yang langka.
3.      Model-model yang berdasarkan nilai Shapley
Nilai shapley dikembangkan pada tahun 1953 oleh L.S.Shapley sebagai metode pembagian laba dari koalisi perusahaan atau individu di antara anggota-anggota individual sesuai dengan proporsi kontribusi yang dibuat oleh masing-masing.
2.2 Deskripsi Abrams Company
            Perusahaan Abrams memproduksi suku cadang untuk mobil, truk, bus, dan peralatan pertanian. Bagian produksi adalah: bagian pengapian, transmisi, dan mesin. Suku cadang dijual ke manufaktur peralatan asli (OEM) dan distributor dimana suku cadang dijual ke pengecer kemudian dijual lagi sebagai suku cadang pengganti kepada konsumen. Distributor ini disebut Divisi aftermarket (AM Divison). Masing - masing divisi produksi dikelola oleh Wakil Presiden dan General Manager yang diharapkan mencapai target ROI. Divisi AM juga diharapkan mendapatkan pengembalian (return) tahunan sesuai dengan target investasi.
2.3 Strategi atau Keputusan Abrams Company atas Pusat Laba
            Abrams company memiiliki berbagai keputusan strategi yang unik atas pusat laba perusahaannya mulai dari struktur organisasi pusat laba, batassan-batasan strategi pusat laba, hingga pengukuran kinerja pusat laba. Manajemen puncak Abrams Company memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar atas kinerja pusat laba.
            Abrams company melakukan supervisi dan desentralisasi terhadap pusat laba. Perusahaan manufaktur ini memiliki presiden dan kepala pejabat operasi yang bertanggungjawab atas tiga divisi produksi dan satu divisi pemasaran. Supervisi dan delegasi tanggungjawab dalam hal ini ditunjjukkan dengan setiap divisi yang dikepalai oleh wakil presiden dan manajer umum divisi yang saling bekerjasama dalam mengambil keputusan produksi atau pemasaran.
            Setiap divisi produk memproduksi suku cadang di beberapa pabrik dan menjual sebagian besar produknya kepada agen pemegang tunggal merek (original equipment manuacturer-OEM). Masing-masing divisi produk memiliki departemen penjual OEM yang terpisah yang bekerjasama erat dengan OEM untuk mengembangkan produk baru atau melakukan perubahan terhadap produk yang sudah ada. Sisa produk yang diasilkan dijual oleh divisi produksi ke divisi abrams yang ekempat yaitu Divisi pemasaran AM.
Setiap pabrik manufaktur yang ada dalam ketiga divisi produk memiliki target ROI tahunan yang harus dicapai. Target ROI suatu pabrik berdasarkan laba anggaran (termasuk alokasi pengeluaran overhead divisi dan perusahaan, dan beban pajak pendapatan tertentu) dibagi dengan aktiva bersih awal tahun (dihitung dengan mengurangi total aset dikurangi kewajiban lancar).
Faktor-faktor kritis yang menentukan suksesnya pasar OEM adalah kemampuan untuk merancang suku cadang yang inovatif dan andal untuk memenuhi kualitas, kinerja, dan spesifikasi berat yang ditentukan konsumen; menepati jadwal pengiriman sehingga OEM dapat meminimalkan persediaan suku cadang di gudang dan  pengendalian biaya. Dalam usaha AM, ketersediaan suku cadang merupakan hal yang jauh lebih penting bagi wholesaler, baru kemudian kualitas dan harga.

Rencana bonus insentif untuk manajer pabrik, penghargaan standar juga disesuaikan dengan suatu formula yang berkaitan dengan prsentase penghargaan standar atas varians laba (laba aktual vs anggaran) pabrik. Dalam membuat penyesuaian bonus, laba aktual pabrik disesuaikan atas setiap varians margin kotor yang dihasilkan dari volume penjualan ke divisi AM. Makin tinggi posisi peserta dalam hierarki organisasi, makin banyak poin yang dapat diterima. Total dari poin tersebut  dibagi dalam jumlah bonus untuk mendapatkan uang dari setiap poin.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Keputusan atas Pusat Laba oleh Manajemen Puncak
            Dengan kebijakan perusahaan, penjualan suku cadang internal dilakukan dengan harga diluar pasar OEM. Jika suku cadang telah dijual sebagai suku cadang OEM pada tahun sebelumnya maka harga pasar OEM yang asli disesuaikan dengan inflasi ke atas agar mencapai harga jual divisi AM. Permasalah yang terjadi ketika suku cadang yang ditransfer merupakan suku cadang divisi AM dan ternyata suku cadang tersebut tidak pernah dijual oleh Perusahaan ke pasar OEM. Adanya perlakuan AM sebagai captive customer, divisi AM dan pelanggan luar OEM menempatkan tuntutan persaingan teknologi pada pabrik manufaktur spesifik dan pabrik tersebut ternyata disukai pelanggan karena bisnis ini bisa dijalankan di tempat lain, sedangkan divisi AM tidak bisa membeli suku cadang dari luar pabrik.
            Permasalahan utama yang timbul dalam perusahaan Abrams :
§  Adanya perselisihan transfer harga dari suku cadang yang dijual oleh divisi produksi ke divisi AM.
§  Manajemen puncak merasa bahwa divisi produksi terlalu sering memperlakukan divisi AM sebagai pelanggan yang tidak bebas (captive customer).
§  Manajemen puncak merasa bahwa divisi AM dan tiga divisi produksinya mempunyai persediaan suku cadang yang berlebih di sepanjang tahun.

Kekuatan
            Perusahaan ini memiliki struktur manajemen yang jelas, menerapkan rencana bonus karyawan dandivisi AM Marketing menjual produknya ke pasar domestik dan luar negeri sehingga membantuperusahaan menghemat biaya ketika ada input internal. Tiga divisi produksi bersifat independen karenamereka menghasilkan produk yang berbeda, dan menjualnya pada OEM yang berbeda dan hal ini bisamemastikan bahwa ketika divisi membuat kerugian, divisi lain tidak akan mengalami hal yang sama.

Kelemahan
            Ketiga divisi ini kurang terhubung dan transaksi antara tiga divisi memungkinkan adanya sengketa
transfer pricing. Mereka membeli bahan baku secara terpisah dan menyimpannya sehingga membuatpersediaan menjadi berlebihan sepanjang tahun. Dan di dalam penjualan kadang - kadang harusmenegosiasikan harga, sehingga, dapat menyebabkan produktivitasnya rendah.

Kesempatan
            Perusahaan dapat memperluas rentang produk untuk kendaraan lainnya dengan fokus pada merekproduk, berinovasi dengan biaya yang efektif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan memberikanpelayanan yang baik. Dengan hal ini perusahaan akan lebih mempunyai daya saing di masa depan.
Ancaman

Perusahaan Abrams menggunakan pendekatan ROI dan rencana kompensasi insentif dalammempertimbangkan ROI. Hal ini tidak mendorong para manajer dari investasi proyek - proyek mereka.Selain itu tiga divisi produksi tidak memprioritaskan divisi Marketing MA karena mereka mengambil urutan OEM menjadi urutan yang pertama dan menimbulkan beberapa keluhan di perusahaan danmenyebabkan produktivitas Divisi MA menjadi rendah dan mengancam perusahaan untuk berkembang.



















III
KESIMPULAN
           
Abrams Company merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi tiga kelompok besar suku cadang: suku cadang pengapian (ignitions parts), suku cadang transmisi (transmision parts), dan suku cadang mesin (engine parts). Abrams Company melakukan supervisi dan desentralisasi dalam produksi dan pemasaran produknya. Penilaian terhadap kinerja masing-masing divisi di perusahaan tersebut dinilai berdasarkan pencapaian target ROI asing-masing divisi. Pemasaran produk untuk pihak internal maupun eksternal didelegasikan kepada masing-masing departemen penjualan di masing-masing divisi. Abrams Company menjadikan divisi prosukdi maupun pemasaran di dalam perusahaan sebagai pusat laba. Abrams company melakukan supervisi dan desentralisasi terhadap pusat laba.
Keputusan Manajemen puncak Abrams company atas pusat laba merupakan keputusan yang tegas, jelas dan mendetai. Akan asangat bagus jika diterapkan pada perusahaan berskala kecil. Namun, Abrams company merupakan perusahaan manufaktur berskala besar yang menuntut kemandirian di masing-masing divisi. Keputusan manajemen puncak ini memiliki beberapa kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang tersendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Anthony, N. Robert dan Vijay Govidoradjan. 2005. Management Control System. Jakarta: Salemba Empat.
Anonim 1. 2012. “ Kelebihan dan Kelemahan Abrams Company”. http://www.studymode.com/subjects/kelebihan-dan-kelemahan-abrams-company-page1.html
Pramono, Yohan Suryanto. 2011. “Abrams Company”. http://id.scribd.com/doc/59213507/Abrams-Company
Anonim 2. 20012. “Sistem Pengendalian Management Abrams Company”. http://lingglin99.wordpress.com/tag/abrams-company/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar