ETIKA JALAN RAYA:
pengendara sepeda menghormati pejalan kaki,
pengendara motor menghormati pengendara sepeda dan pejalan kaki,
pengendara mobil menghormati pengendara motor dan pengendara sepeda serta
pejalan kaki, dan pengguna kendaraan berlipstik merah seharusnya memiliki
kesadaran yang tinggi untuk menghargai pengguna jalan lainnya. FAKTANYA???
Minggu pagi 26 Juni 2011 di
Lapangan Gasibu, Bandung. Alangkah
terkejutnya saya ketika sebuah sepeda
motor sudah berada disamping kanan saya dengan suara decitan rem motor
yang seakan baru saja melewati kecepatan tinggi padahal daerah tempat saya
lewat begitu ramai. Seketika itu pula teriakan yang sangat tidak mengenakkan
keluar dari seorang mulut lelaki setengah baya yang mengendarai sepeda motor
itu. Orang itu mengumpat kepada saya yang mungkin terlihat lemah di depan
matanya. Hampir saja saya membalasnya denga umpatan yang mungkin tidak pernah
terbayangkan oleh orang itu. Tetapi dengan berat hati saya meredamnya karena
teringat akan adanya “Etika Jalan Raya”. Toleransi dan saling menghormati.
Mungkin
sebagian orang akan mencemooh saat saya mengungkapkan aturan dasar yang sudah
selayaknya diketahui oleh orang banyak mengenai toleransi dan kesadaran di
jalan raya. Tetapi saya akan tetap menyampaikannya karena saya sudah tidak
tahan lagi ketika melihat para pejalan kaki yang ingin menyeberang di jalan
raya mulai dari anak kecil hingga manusia paruh baya selalu saja mengalah untuk
kendaraan-kendaraan bermotor yang bertingkah seolah-olah jalan raya adalah milik
mereka pribadi. Pernahkah anda melihat seorang nenek yang selalu merasa takut
ketika ingin menyeberang di jalan raya karena melihat kendaraan yang melintas
tanpa tahu aturan? Pernahkah anda mendengar anak kecil yang tertabrak mobil
ketika menyeberang di jalan raya? Tak jarang kendaraan-kendaraan bermotor itu
adalah kendaraan milik negara dengan lipstik merah menyala.
Lucu
memang, tapi itulah fakta saat ini. Disaat kita dengan penuh rasa tanggungjawab
rutin menjalankan kewajiban membayar pajak yang sebagian besar di belanjakan
untuk kepentingan negara termasuk membeli kendaraan dengan lipstik merah
tersebut, kita malah mendapatkan perlakuan yang sangat tidak mengenakkan dari
orang-orang yang meminjam kendaraan tersebut dengan rasa keangkuhan.
Alangkah indahnya
dunia jika orang-orang yang seharusnya menjadi contoh tersebut benar-benar
mengerti dan mentaati essensi dari sebuah etika jalan raya. PENGENDARA SEPEDA
MENGHORMATI PEJALAN KAKI, PENGENDARA
MOTOR MENGHORMATI PENGENDARA SEPEDA DAN PEJALAN KAKI, PENGENDARA MOBIL
MENGHORMATI PENGENDARA MOTOR DAN PENGENDARA SEPEDA SERTA PEJALAN KAKI, DAN
PENGGUNA KENDARAAN BERLIPSTIK MERAH SEHARUSNYA MEMILIKI KESADARAN YANG TINGGI
UNTUK MENGHARGAI PENGGUNA JALAN LAINNYA. Itulah sepenggal kalimat yang sangat
menancap di hati saya. Tapi apakah mereka memahaminya?? Masih menjadi
pertanyaan besar untuk saya pribadi.
Toleransi
yang tinggi sangat dibutuhkan bagi kita pengguna jalan raya. Kita semua
sama-sama membayar pajak, dan kita semua juga berhak akan fungsi dari sarana dan
prasarana publik yang ada termasuk jalan raya. Menurut saya, seharusnya kita
saling menghormati hak-hak orang lain dan menghadapi segala sesuatu dengan
kepala dingin. Mungkin kejadian yang saya alami tidak akan terulang pada orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar