Cari Blog Ini

Selasa, 28 Januari 2014

ETIKA JALAN RAYA: pengendara sepeda menghormati pejalan kaki,   pengendara motor menghormati pengendara sepeda dan pejalan kaki, pengendara mobil menghormati pengendara motor dan pengendara sepeda serta pejalan kaki, dan pengguna kendaraan berlipstik merah seharusnya memiliki kesadaran yang tinggi untuk menghargai pengguna jalan lainnya. FAKTANYA???
Minggu pagi 26 Juni 2011 di Lapangan Gasibu, Bandung.  Alangkah terkejutnya saya ketika sebuah sepeda  motor sudah berada disamping kanan saya dengan suara decitan rem motor yang seakan baru saja melewati kecepatan tinggi padahal daerah tempat saya lewat begitu ramai. Seketika itu pula teriakan yang sangat tidak mengenakkan keluar dari seorang mulut lelaki setengah baya yang mengendarai sepeda motor itu. Orang itu mengumpat kepada saya yang mungkin terlihat lemah di depan matanya. Hampir saja saya membalasnya denga umpatan yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh orang itu. Tetapi dengan berat hati saya meredamnya karena teringat akan adanya “Etika Jalan Raya”. Toleransi dan saling menghormati.
            Mungkin sebagian orang akan mencemooh saat saya mengungkapkan aturan dasar yang sudah selayaknya diketahui oleh orang banyak mengenai toleransi dan kesadaran di jalan raya. Tetapi saya akan tetap menyampaikannya karena saya sudah tidak tahan lagi ketika melihat para pejalan kaki yang ingin menyeberang di jalan raya mulai dari anak kecil hingga manusia paruh baya selalu saja mengalah untuk kendaraan-kendaraan bermotor yang bertingkah seolah-olah jalan raya adalah milik mereka pribadi. Pernahkah anda melihat seorang nenek yang selalu merasa takut ketika ingin menyeberang di jalan raya karena melihat kendaraan yang melintas tanpa tahu aturan? Pernahkah anda mendengar anak kecil yang tertabrak mobil ketika menyeberang di jalan raya? Tak jarang kendaraan-kendaraan bermotor itu adalah kendaraan milik negara dengan lipstik merah menyala.
            Lucu memang, tapi itulah fakta saat ini. Disaat kita dengan penuh rasa tanggungjawab rutin menjalankan kewajiban membayar pajak yang sebagian besar di belanjakan untuk kepentingan negara termasuk membeli kendaraan dengan lipstik merah tersebut, kita malah mendapatkan perlakuan yang sangat tidak mengenakkan dari orang-orang yang meminjam kendaraan tersebut dengan rasa keangkuhan.
            Alangkah indahnya dunia jika orang-orang yang seharusnya menjadi contoh tersebut benar-benar mengerti dan mentaati essensi dari sebuah etika jalan raya. PENGENDARA SEPEDA MENGHORMATI PEJALAN KAKI,   PENGENDARA MOTOR MENGHORMATI PENGENDARA SEPEDA DAN PEJALAN KAKI, PENGENDARA MOBIL MENGHORMATI PENGENDARA MOTOR DAN PENGENDARA SEPEDA SERTA PEJALAN KAKI, DAN PENGGUNA KENDARAAN BERLIPSTIK MERAH SEHARUSNYA MEMILIKI KESADARAN YANG TINGGI UNTUK MENGHARGAI PENGGUNA JALAN LAINNYA. Itulah sepenggal kalimat yang sangat menancap di hati saya. Tapi apakah mereka memahaminya?? Masih menjadi pertanyaan besar untuk saya pribadi.
            Toleransi yang tinggi sangat dibutuhkan bagi kita pengguna jalan raya. Kita semua sama-sama membayar pajak, dan kita semua juga berhak akan fungsi dari sarana dan prasarana publik yang ada termasuk jalan raya. Menurut saya, seharusnya kita saling menghormati hak-hak orang lain dan menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin. Mungkin kejadian yang saya alami tidak akan terulang pada orang lain.

 -NJ-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar